Rss Feed
  1. Cafe Lofa : Adriana

    Wednesday, February 12, 2014


    “Aku dan Adriana resmi pacaran tadi malam,”
    Sikap Lofa berubah sejak Agi memberitahunya. Dia jadi lebih pendiam. Pandangan matanya sering menerawang entah ke mana. Untung saja ada Dhanny yang membuatnya sedikit lupa dengan pernyataan Agi barusan. Tapi dia kembali jadi pendiam setelah Dhanny pergi. Hanya membicarakan beberapa hal kemudian memilih tenggelam dalam piring-piringnya yang harus dilap. Tipikal Lofa. Selalu membersihkan berbagai macam hal setiap kali ada yang mengganggu pikirannya. Dia bilang bersih-bersih bisa mengalihkan pikirannya dan menenangkan jiwanya.
    “Aku rasa malam ini aku tidak bisa membantumu,” kata Agi sebelum pamit pulang.
    Agi bisa melihat bahu Lofa yang menegang. Butuh waktu beberapa detik sebelum gadis itu berbalik dan memamerkan senyumnya. Senyum diplomatis. Sesuatu yang selalu dilakukan Lofa ketika dipaksa menerima sesuatu yang dibencinya.
    “Kau ada acara?” tanya Lofa pelan.
    Agi mengangguk. Sekalian saja dia menjawab, “Makan malam dengan Adriana.”
    Senyum itu hilang. Tanda-tandanya begitu jelas. Sejak dulu Lofa tidak pernah bisa menyembunyikan perasaannya. Semua orang bisa tahu apa yang Lofa rasakan hanya dengan melihat sorot matanya. Tatapan mata Lofa seperti papan reklame yang memberitahu setiap detail perasaannya.
    Agi masuk ke dapur, merangkul Lofa seperti yang selalu dilakukannya saat Lofa sedih.
    “Kau tidak perlu cemburu begitu,” kata Agi ringan.
    Lofa langsung melepaskan tangan Agi dari bahunya kemudian menatap pemuda itu sambil memamerkan bibirnya yang manyun.
    “Aku tidak cemburu!” kata Lofa mantap. Tapi Agi bisa menangkap roman kelabu di matanya.
    “Kalau begitu aku pergi dulu.” kata Agi
    Agi mengacak-acak rambut Lofa sebelum keluar, yang dihadiahi geraman kesal gadis itu. Agi bisa melihat bayangan samar Lofa pada kaca pintu saat berjalan keluar. Sikapnya berubah lagi.
    ***
    Agi mengamati pantulan dirinya di cermin. Dia menata rambut ikalnya yang basah agar terlihat lebih rapi. Pemuda itu meraih kemeja hitam yang tergeletak di atas kasur dan mengenakannya, melipat lengannya sampai siku. Dia sudah siap.
    Tepat saat Agi akan berjalan keluar kamar, ponselnya berdenting, menandakan ada pesan masuk.
    Kau di cafe malam ini? Itu Angga.
    Tidak. Agi membalas singkat kemudian mematikan ponselnya.
    Agi memacu mobilnya ke rumah sepupu Adriana. Akhir-akhir ini Adriana sering sekali menghabiskan waktunya di sana. Mungkin karena ikut mempersiapkan acara pertunangan seupunya yang tinggal dua hari lagi.
    Adriana sudah menunggunya di teras. Dia terlihat sangat cantik meskipun Agi tahu gadis itu belum mengerahkan usahanya yang maksimal untuk berdandan malam ini. Adriana memakai dress selutut bermotif bunga yang terlihat sangat cocok dengannya, dilapisi dengan blazer putih.
    Agi keluar dari mobil saat Adriana menghampirinya. Dengan sangat cekatan Agi berjalan memutar dan membukakan pintu untuk Adriana. Jantung Agi berdetak lebih cepat setiap kali melihat Adriana tersenyum malu-malu saat Agi di dekatnya.
    “Kita mau ke mana?” tanya Adriana saat Agi sudah siap di balik setir.
    “Rahasia,” kata Agi sambil tersenyum.
    Adriana pura-pura cemberut.
    “Kita akan ke tempat yang tidak hanya menyediakan makanan pedas,” kata Agi, mengingatkan Adriana pada makan malam mereka yang pertama. Adriana mengajak Agi makan di restauran Thailand karena mengira Agi sangat suka makanan pedas. Sejak kapan Agi suka pedas?
    Adriana hanya tertawa, “Makanan pedas bagus untuk metabolisme.”
    “Ya, jika bayarannya aku harus bolak-balik ke kamar mandi, aku lebih memilih metabolismeku kurang bagus.”
    Mereka tertawa. Diam-diam Agi memperhatikan Adriana saat gadis itu tertawa. Ada sesuatu yang membuat Agi sangat bersemangat setiap kali melihat Adriana tertawa. Dia ingin sekali menghentikan waktu agar bisa melihat tawa itu lebih lama.
    Adriana mengulurkan tangannya untuk mencari saluran radio yang bagus. Dia berhenti di saluran radio yang memutarkan lagu-lagu lama.
    Eighties?” tanya Agi tidak percaya.
    Adriana hanya mengangguk bersemangat sambil menyanyikan lagu yang sedang diputar di radio. Lagu all out of love yang dinyanyikan Air Supply. Agi kenal benar suara penyanyi favoritnya itu. Tidak ada yang tahu kalau Agi bahkan memiliki piringan hitamnya.
    “Kau tidak tahu lagu ini?” tanya Adriana di sela-sela nyanyiannya.
    Agi hanya tersenyum.
    Adriana sangat menghayati lagunya, dia meletakkan tangan kanannya di bahu Agi dan tangan yang lain di dada, seolah-olah dia yang berperan sebagai tokoh utama dalam lagu itu.
    “Kau harus berduet denganku,” kata Adriana lagi.
    Setelah berdebat beberapa lama akhirnya Agi menurut. Mereka berdua menyanyi sekencang-kencangnya saat refrain. Setelah lagunya selesai, mereka baru sadar betapa konyolnya sikap mereka barusan. Adriana tertawa lepas sampai hampir menangis.
    “Kau tidak lihat ekspresimu saat menyanyi tadi,” kata Adriana di sela-sela tawanya.
    “Kau juga,” Agi membela diri, mengingat Adriana yang jauh lebih ekspresif saat menyanyi tadi.
    Gadis itu hanya tertawa, seolah tidak peduli dengan keanehannya. Adriana langsung menghapus air mata di kedua sudut matanya saat Agi memarkir mobil.
    “Kita sampai?” tanya Adriana. Tangan kanannya meraih kaca spion depan untuk memastikan dandanannya tidak berantakan.
    “Kita sampai.” kata Agi saat mencabut kunci mobilnya. Agi berjalan memutar dan membukakan pintu untuk Adriana. Gadis itu keluar dengan cara yang sangat anggun.
    Agi membawa Adriana ke warung lesehan di depan hotel Inna Garuda. Bagaimana pun Agi selalu mengingat pesan mama, pilih wanita yang bisa tersenyum sama lebarnya ketika diajak makan di restauran mahal atau warung yang murah, katanya. Agi mengingat pesan itu dengan sangat jelas. Dan sekarang dia ingin menguji perempuan pilihannya.
    Adriana terlihat kaget, tapi kemudian tersenyum. “Kau cenayang atau apa?” katanya saat mereka mendekati salah satu warung lesehan yang biasa dikunjungi Agi bersama Lofa. “Kau tahu aku sedang ingin makan ayam goreng,” katanya sambil tertawa.
    Agi hanya menahan senyumnya saat Adriana buru-buru masuk ke salah satu warung dan duduk dengan nyaman. Setidaknya sejauh ini Adriana berhasil memenuhi permintaan mama yang satu itu.
    “Kau tidak masalah kan kita makan di sini?” tanya Agi basa-basi setelah memesan makanan.
    Adriana menggeleng, masih sambil tersenyum. “Tidak masalah selama perutku kenyang.”
    Adriana menegakkan tubuhnya saat tersentak kaget, seperti baru saja teringat pada sesuatu yang sangat penting.
    “Kau jadi menemaniku ke acara pertunangan Nura kan?” tanya Adriana, sebelah alisnya terangkat.
    “Tentu saja,”
    Mendengar jawaban Agi, Adriana kembali tersenyum. “Terima kasih,” katanya pelan.
    ***
    Agi mengantar Adriana kembali ke rumah Nura. Ada Dhanny dan Nura di luar, sepertinya Dhanny baru akan pulang. Agi memarkir mobilnya tepat di belakang mobil Dhanny. Nura dan Dhanny langsung menoleh saat Agi turun dari mobil, berjalan memutar dan membukakan pintu untuk Adriana.
    “Kita harus double date kapan-kapan,” kata Nura ringan sambil tertawa.
    Agi hanya tersenyum saat mendapati Adriana melotot untuk memperingatkan sepupunya.
    “Kau langsung pulang?” tanya Adriana pelan.
    Agi melirik jam tangannya, masih belum terlalu malam, mungkin Lofa masih di cafe.
    “Aku akan ke cafe sebentar.”
    Adriana hanya mengangguk, raut cerianya sedikit pudar. Setelah diam beberapa detik, Adriana berhasil berkompromi dengan apa pun-yang-dia-pikirkan dan kembali tersenyum.
    “Sampaikan salamku untuk Lofa,” kata Adriana.
    Agi hanya mengangguk, “Aku pergi dulu.”
    Setelah berpamitan pada Nura dan Dhanny yang sepertinya tidak ingin berpisah barang sedetik, Agi meluncur pergi. Dia memacu mobilnya pelan melewati jalanan Jogja di malam hari yang lengang.
    Agi memelankan laju mobilnya di depan cafe, menyipitkan mata untuk melihat ke dalam cafe melalui pintu kaca. Sepertinya Lofa tidak membutuhkan bantuannya. Alih-alih memarkir mobilnya, Agi malah meluncur pergi. Memberikan waktu bagi Angga untuk menemani Lofa. 

  2. 0 komentar:

    Post a Comment