Rss Feed
  1. kenangan dalam kata

    Monday, November 16, 2015



    Kenapa kau senang bermain bola?
    Aku menatap layar ponselku, menunggu jawaban untuk pertanyaanku.
    Pertanyaan yang sama untukmu
    Aku baru akan menuliskan jawaban, aku tidak menyukai bola, saat mendapat pesan baru darinya.
    Kenapa kau begitu senang menulis?
    Pertanyaan yang sangat mudah. Aku bahkan tidak membutuhkan waktu lama untuk menuliskan jawabannya. Aku menatap tulisan di ponselku sebelum menekan tanda "kirim". Bukan jawaban yang tepat untuk saat ini. Aku menghapus satu per satu huruf yang sudah tertulis, memutuskan bahwa pesan itu akan menjadi salah satu dari banyak pesan yang tidak akan aku kirimkan.

    Karena aku menyukai Er.
    ***
    Aku tahu ini sejak dulu: keabadian hanya omong kosong. Pada dasarnya, semua yang bernyawa pasti mati lalu pada akhirnya dilupakan. Mengerikan? Aku mendapat penjelasan ini saat berumur enam tahun. Ama, nenekku, meninggal saat sedang mengajakku bermain boneka beruang.
    Tidak pernah ada yang siap menghadapi kematian. Bahkan jika seseorang sudah sakit-sakitan dan berkata dia siap mati, aku yakin sebenarnya dia tidak siap. Karena kematian datang tiba-tiba dan tanpa permisi. Begitu juga dengan cinta. Siapa yang pernah siap jatuh cinta?
    ***
    "Kenapa kau memanggilku Er?" tanya Erlangga suatu pagi, saat kami sedang mengatur napas setelah berlari mengelilingi GBK satu kali. Kami memang selemah itu. Oh, aku memang selemah itu, Er hanya mengimbangiku.
    Aku meliriknya, mengelap keringat yang menetes dari alis kiri ke mataku. "Keberatan?" tanyaku tak acuh.
    Pemuda yang sudah menjadi sahabatku sejak dua tahun lalu itu hanya mengedikkan bahu. Setelah selama itu dia baru bertanya? Er mengeringkan keringat yang membasahi rambutnya dengan handuk kecil. "Hanya penasaran."
    Perhatianku tidak terfokus pada wajah Er yang tampan, maupun rahangnya yang tegas. Mataku tidak berkedip memerhatikan handuk putih kecil di tangannya.
    "Aku membuat tanda." kataku sembari meluruskan kaki dan mendongak untuk menatap gumpalan-gumpalan awan putih konyol yang bergerak lambat. "Apa ada yang memanggilmu begitu selain aku?"
    Handuk Er mengucurkan beberapa tetes keringat saat dia memerasnya. Menjijikan. Tapi, cowok kan memang seperti itu. "Tidak ada."
    Senyumku terkembang, sangat lebar sampai aku yakin orang akan mengira aku adalah serigala yang memakan nenek si kerudung merah.
    "Lihat kan? Sebuah tanda. Jadi, jika ada yang memanggilmu Er, bahkan dari jarak ribuan kilo, kau akan langsung tahu itu aku."
    "Mustahil." sergahnya cepat.
    Aku langsung menelengkan kepalaku, menusuk Er dengan tatapanku yang sialnya tidak mematikan. "Jadi kau akan memikirkan orang lain jika mendengar panggilan 'Er'?"
    Er langsung terkekeh kemudian menggeleng. "Tentu saja aku tahu itu kau. Aku hanya ragu bisa mendengar panggilanmu dari jarak ribuan kilo."
    Aku hanya memutar bola mata, "Kau sudah mengenalku berapa lama sih? Saat aku bilang begitu, harusnya kau tahu maksudku adalah via telepon."
    "Oooo." jawab Er tak acuh. Dia selalu begitu, menjawab antusiasmeku yang berlebihan dengan satu suara monoton yang menyebalkan.
    Pembicaraan kami berakhir. Begitu saja. Selalu begitu. Tapi, dia selalu membuatku rindu.
    ***
    Sesekali aku mendongak untuk memerhatikan cara Er menggiring bola atau menendang bola. Asal tahu saja, aku tidak suka sepak bola. Menurutku, 20 orang (aku tidak menghitung keeper) yang berlari ke sana kemari memperebutkan satu bola itu sangat kurang kerjaan. Tapi ya, di sinilah aku, menyelesaikan draf novelku sambil menemani Er latihan untuk pertandingan lusa, melawan tim fakultas hukum.
    Aku hanya tersenyum saat Er berhasil mencetak gol dan meringis saat kakinya ditekel pemain lain, membuatnya tersungkur. Tapi, permainan bola kan memang beresiko. Aku heran kenapa mereka masih mau bermain bola setelah jatuh seperti itu. Jatuh itu kan sakit.
    "Hei, Ara, bisa tolong ambilkan minumku?" Aku langsung meraih botol minum di sampingku tanpa melihat. Aku sedang sangat fokus dengan tulisanku. Saat sedang mendapat ide, aku tidak ingin diganggu. Bahkan jika itu Er yg sedang sekarat karena dehidrasi.
    "Aww!" Aku langsung mendongak saat mendengar teriakan Er. Aku baru saja melemparkan botol minumnya tanpa melihat. Mungkin aku berhasil mengenai kepala bulatnya.
    Er hanya memamerkan cengirannya. Dia hanya menggodaku. Seharusnya aku tidak tertipu. Seharusnya aku tahu Er tidak akan gagal menangkap lemparanku. Dia sangat ahli.
    "Kau di sini, tapi tidak di sini." protes Er.
    Aku sudah kembali fokus pada duniaku di laptop. Aku memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan kisah kehidupan tokoh-tokohku. "Hemmm." gumamku sebagai tanggapan.
    "Aku masih hidup, Ara." Er protes lagi. Aku bisa membayangkan ekspresinya saat mengatakan itu, jadi aku tidak perlu repot-repot mendongak untuk memberinya perhatian. "Tidak baik mendiamkan orang yang masih hidup."
    "Aku tidak diam." jawabku tanpa berpaling dari layar putih yang sudah dipenuhi 6583 kata.
    "Kau bicara pada siapa?" tanya Er.
    "Hemmm." jawabku.
    "Baiklah. Aku akan mencari teman baru saja. Yang bisa bicara." kata Er. Dari suaranya yang semakin merendah, aku tahu Er sudah pergi, kembali pada teman-teman satu timnya. Dia hanya bercanda tentang mencari teman baru itu. Aku tahu. Dia tidak mungkin bisa menemukan penggantiku. Kalau pun bisa, aku sudah menyiapkan donat beracun untuk orang itu.
    ***
    Aku benar tentang Er tidak mungkin bisa menemukan penggantiku. Buktinya, sore ini dia muncul di depan kosanku sambil menenteng tas sepatu NIKE kebanggaannya. Dia tidak akan muncul di sini jika sudah mendapat teman baru.
    "Kenapa sih kau tetap mau bermain bola?" tanyaku saat melihat kakinya yang sedikit memar. Kami sedang berjalan ke lapangan kampus. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kosanku. Hanya, ehm, sekitar 20 menit, ditempuh dengan jalan kaki. "Memangnya kau tidak kesakitan terus-terusan terkena bola seperti itu?" Aku masih merujuk pada memar di kakinya.
    Alih-alih menjawab pertanyaanku, Er mengambil ponselnya, mencari sesuatu.
    Mataku melebar saat melihat foto yang ditunjukkan Er. "Kau menangis saat mendapat ini." katanya, mengingatkanku pada surat penolakan dari penerbit yang kuterima minggu lalu. Naskah novel yang kutulis selama dua bulan, ditolak. "Kenapa kau masih senang menulis jika penolakan membuatmu kecewa dan sakit hati?"
    Aku terdiam. Tentunya itu hal yang berbeda. Kecewa adalah rasa sakit yang abstrak. Meskipun semua rasa sakit sebenarnya abstrak. Tapi kecewa tidak merusak fisik, sedangkan luka secara harfiah bisa merusak fisik. Jadi aku bertahan dengan pendapatku. Sakit hati dan sakit fisik tidak bisa dibandingkan.
    "Aku tidak terluka secara fisik." kataku. "Kecewa hanya membuatku bersedih selama beberapa waktu, selanjutnya kekecewaan bisa menjadi pemicu untuk menghasilkan karya yang lebih baik." Aku mulai berorasi seperti seorang motivator andal.
    Er memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana pendeknya. "Sama saja kan?" Aku sudah akan menyergahnya ketika Er melanjutkan, "Memar memar ini adalah penyemangat dan pengingat untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, menuntutku untuk semakin lincah menghadapi lawan-lawanku."
    Aku mengangguk setuju. "Cukup adil."
    Er hanya tersenyum dengan ujung bibirnya sebagai balasan. Satu hal lain yang kurindukan.
    ***
    Akhirnya usahaku terbayarkan. Naskahku akan segera diterbitkan. Biar kuceritakan sedikit tentang bagaimana aku memulai karirku sebagai penulis (pemula). Aku senang menulis sejak masih SMA, mungkin itu sebabnya aku dipilih sebagai sekretaris kelas. Hanya corat-coret tentang cinta monyet, guru galak atau hukuman akibat datang terlambat. Tidak ada kisah penting. Lalu, kesenanganku pada bidang tulis menulis meningkat saat aku mengikuti talkshow salah seorang penulis muda berbakat yang tampan. Sebenarnya, saat itu aku tidak tahu pemuda tampan itu adalah seorang penulis. Aku hanya melihat posternya di sebuah kafe di Kemang. Jadi, aku masuk ke kafe itu dan mencuri dengar apa yang dikatakan si tampan tentang dunia tulis menulis. Tapi, saat itu aku tidak tergerak sama sekali untuk menulis sebuah kisah. Baru dua tahun setelahnya, saat aku mengenal Er, aku mulai tertarik untuk membuat sebuah kisah. Karena orang bilang, "jika seorang penulis jatuh cinta padamu, kau tidak akan pernah mati." tentu saja. Karena seorang penulis akan selalu menyertakan orang yang dicintainya dalam setiap karya karyanya. Itu sebabnya aku ingin menjadi seorang penulis. Karena aku ingin menyertakan Er dalam setiap karyaku. Karena aku tidak ingin Er mati.
    ***
    Seperti biasanya, aku menemani Er ke lapangan kampus. Aku tidak pernah lagi membawa laptopku saat menemani Er. Aku ingin ada di kehidupan nyata saat bersamanya. Dia lebih membutuhkanku. Aku akan memberikan perhatianku sepenuhnya pada Er. Karena ternyata nasib baik mengabaikannya. Aku pikir Er akan selalu baik-baik saja. Tapi nyatanya, makhluk jahat bernama osteosarkoma merenggut aset yang selalu Er banggakan: kakinya. Tidak satu, tapi dua sekaligus. Jika ada dokter super cerdas yang bisa menciptakan kaki palsu yang bisa digunakan untuk bermain bola tanpa menyakiti Er, aku akan menemui orang itu. Meskipun jika orang seperti itu hanya hidup di kutub utara sekalipun. Aku akan menghabiskan tabunganku untuk menemui orang itu dan memohon padanya agar memberikan mahakaryanya itu pada Er. Karena aku tidak sanggup melihat Er tanpa binar bahagia di matanya. Meskipun ribuan kali Er mengatakan dia senang Tuhan tidak mengambil penglihatannya juga, sehingga dia masih bisa menonton pertandingan bola, aku tahu Er tidak baik baik saja.
    Er menjalani operasi pemotongan kakinya dua bulan yang lalu. Setelah secara tiba-tiba dia terjatuh saat sedang menggiring bola dalam pertandingan melawan fakultas teknik. Sama seperti kematian dan cinta, kau juga tidak akan tahu kapan makhluk jahat bernama osteosarkoma ini bangun dan berkata, "Hei permainanmu terlalu bagus. Bagaimana jika aku buat kakimu penyakitan agar lawan-lawanmu bisa menang?"
    Sejak awal mengenal Er, aku tahu dia menderita penyakit aneh yang membuatnya selalu terlihat pucat. Tapi senyum dan binar ceria di matanya berhasil meyakinkanku bahwa Er baik-baik saja. Dia tidak mungkin tiba-tiba mati. Dugaanku tepat. Er memang tidak tiba-tiba mati, tapi lebih parah, dia kehilangan semangat hidup. Seperti zombi. Er tetap berusaha tersenyum saat aku melucu, meskipun aku tahu senyumnya palsu. Dia hanya tidak ingin membuatku sakit hati, padahal sudah sangat jelas dia yang sakit. Sekarang Er lebih sering menghabiskan waktunya bersamaku dibanding berkumpul dengan teman-teman satu timnya. Bukannya aku keberatan atau apa, tapi itu membuatku merasa sedih. Aku tahu Er menghindari teman-temannya untuk melindungi hatinya sendiri. Dia jatuh cinta pada bola, dan mendengarkan orang-orang membicarakannya seolah-olah Er masih bisa memainkannya sama saja melukai diri sendiri. Tapi pisaunya tidak terlalu tajam. Menyakitkan tapi tidak membuat mati.
    ***
    "Catur juga olahraga loh." Suatu kali aku menyarankan Er untuk mencari cabang olahraga lain, yang tidak melibatkan kaki sebagai pemeran utamanya.
    "Matematikaku jelek." jawab Er datar. Bohong. Nilai matematikanya selalu lebih tinggi dari nilaiku. Alasan payah.
    "Aku pernah melihat orang bernain bowling sambil duduk. Kau bisa mencobanya."
    Er hanya memberiku tatapan, kau serius?
    "Oke, aku bohong. Itu mustahil. Mungkin..."
    "Sudahlah, Ara, aku baik-baik saja. Usahamu menghiburku malah membuatku sedih. Aku memang sangat payah tanpa kakiku."
    "Bukan begitu. Aku hanya tidak bisa melihatmu seperti ini terus. Kau kehilangan cahayamu."
    Er tersenyum simpul, tangan kanannya sibuk mengaduk jus alpukat yang tidak dia minum sama sekali. "Aku bukan kunang-kunang. Aku tidak punya cahaya." katanya tanpa menatapku.
    Aku hanya mendesah, "Kau tahu maksudku."
    Er berhenti mengaduk minumannya, kemudian menatapku. "Memangnya pilihan apa yang kumiliki? Tidak ada. Aku akan melakukan apa yang tersisa untukku. Aku senang masih bisa menjadi penonton."
    "Kau bodoh kalau begitu." Er tampak terkejut mendengar kata-kataku. Aku memang tidak pernah mengumpat, tapi Er benar-benar membuatku gemas. "Kau selalu punya pilihan. Jika kau memilih menyerah pada keadaan, itu sama saja seperti...seperti..." Aku tergagap, berusaha mencari perumpamaan yang masuk akal. "...seperti kau menyukai seseorang tapi tidak bisa menyentuhnya. Dan kau lebih memilih duduk diam bermeter-meter jauhnya, menonton perempuan yang kau sukai bersama orang lain. Padahal ada banyak perempuan lain yang lebih layak kau sukai, yang ada dalam jangkauanmu." Er masih terdiam, tahu aku belum selesai dengan ceramahku. "Jika aku tidak punya tangan, aku akan menulis dengan kakiku. Jika kakiku hilang juga, aku akan menulis dengan mulut. Jika Tuhan mengambil penglihatanku juga, aku akan mencari peralatan canggih yang bisa membantuku menulis. Selalu ada pilihan lain selain diam."
    Aku sedikit terengah-engah saat sudah selesai.
    "Sebagai seorang penulis best-seller, perumpamaan yang kau gunakan payah sekali." ejek Er sambil tersenyum.
    Aku sedang sangat serius, dia malah bercanda? Saat aku tidak tersenyum mendengar candaannya, Er berkata, "Kau tidak bisa bermain sepak bola dengan tangan. Itu pelanggaran."
    Aku menghela napas panjang, kemudian bangkit. "Terserah kau sajalah." kataku sebelum pergi.
    Itu kali terakhir aku berdebat dengan Er.
    ***
    Hatiku adalah pemberi harapan palsu paling brengsek sedunia. Segumpal perasaan yang memenuhinya berhasil menghasut otakku untuk menciptakan setitik harapan. Meskipun sudah sangat jelas tubuh Er terbaring lemah dengan selang-selang infus yang menyalurkan berbagai macam cairan obat ke dalam tubuhnya, hatiku masih berharap dia akan bertahan lebih lama.
    “Aku menemukan olahraga baru,” kataku suatu kali saat menemaninya di rumah sakit. “Tenis tempat tidur.” Aku mengeluarkan sebuah bet dan bola pingpong yang diikat dengan tali nilon.
    Er hanya tersenyum dengan ujung bibirnya saat melihat tingkahku. Aku akan sangat merindukannya. Aku masih terus memainkan pingpong anehku di hadapannya. Beberapa kali bola pingpongku terlempar terlalu jauh sampai mengenai wajahnya.
    “Kenapa kau tidak menyerah?” tanya Er saat melihatku bersusah payah memantulkan bola dengan bet.
    “Tidak ada dalam kamusku.” jawabku tak acuh. Bukan, karena aku tidak ingin melihat Er menyerah. Aku ingin mengembalikan binar bahagia di matanya. Aku ingin melihat kebahagiaan yang terpancar setiap kali Er menendang bola di lapangan hijau itu. Sampai detik ini, aku masih belum berhasil. Er masih memilih menyerah pada keadaannya.
    “Oooo.” jawab Er dengan nada monoton yang biasa.
    Aku berhenti memainkan bola konyolku. Aku sudah merindukannya.
    ***
    Aku terkejut saat melihat cahaya yang menyusup masuk melalui ventilasi di atas jendela kamarku. Aku kesiangan. Hal pertama yang terlintas di pikiranku adalah memastikan tidak ada panggilan tak terjawab. Hanya ada sebuah pesan suara dari Er. Aku buru-buru mengunduhnya, kemudian mengeraskan volume untuk mendengarkan pesan Er.

    Selamat pagi, pemalas. Aku tahu kau baru akan menemukan pesanku tepat satu jam dari sekarang...

    Aku tersenyum saat melihat waktu pengiriman pesan suara itu. Satu jam yang lalu.

    Aku tidak sanggup menulis pesan terlalu panjang dan aku tahu kau tidak akan mengangkat teleponku sampai satu jam ke depan, jadi aku mengirim pesan suara. Sebelumnya aku ingin memberitahumu sesuatu. Permainan pingpong dengan tali sudah ada sejak aku masih taman kanak-kanak, jadi secara teknis bukan kau penemunya. Jangan sembarangan mengaku-ngaku sebagai seorang penemu.

    Aku terkekeh mendengar ejekannya. Bahkan dengan suara parau dia masih bisa bercanda.

    Dan...kau benar tentang aku memiliki pilihan. Tapi aku juga serius tentang kau tidak bisa bermain sepak bola dengan tangan, itu pelanggaran. Aku sedih tidak bisa lagi bermain bola, tapi aku akan lebih sedih lagi jika menghabiskan sisa waktuku yang tidak terlalu lama untuk melakukan hal-hal konyol yang tidak berguna....

    Kali ini aku terdiam. Pembicaraannya mulai serius. Aku setengah berharap itu bukan pesan terakhirnya. Tidak, aku sepenuhnya berharap itu bukan pesan terakhirnya.
    Aku berhenti mendengarkan pesan suara itu dan bergegas mengganti pakaian tidurku dengan pakaian yang lebih rapi. Aku harus menemuinya. Jika Er berniat menjelaskan tentang pilihan hidup, dia harus mengatakannya secara langsung. Aku ingin mendengarkannya secara langsung.
    ***
    Aku...terpaksa mendengarkan kelanjutan pesan suara Er. Dia tidak bertahan lebih dari 30 menit sejak mengirimkan pesan itu padaku. Aku tidak pernah mendapatkan panggilan tak terjawab di malam hari, karena aku langsung mengangkatnya. Telepon dari orang tua Er saat aku dalam perjalanan ke rumah sakit. Er sudah dibawa pulang. Tanpa nyawanya.

    ...itu sebabnya aku menentukan pilihanku. Aku memilih untuk menghabiskan sisa waktuku bersamamu dan bersama orang-orang yang selalu ada untukku. Aku sudah selesai dengan bola. Tuhan mengambil kakiku, karena Dia ingin mengingatkanku betapa pentingnya kalian. Terutama kau, Ara. Terima kasih karena selalu bersabar denganku. Terima kasih karena kau memilih menjadi seorang penulis andal. Karena itu, aku akan selalu hidup.

    Dia tahu?
    ***
    Kenapa kau senang bermain bola?
    Pesan itu kukirim begitu saja pada Rudi, teman satu kantor yang sedang mendekatiku.
    Pertanyaan yang sama untukmu. Kenapa kau begitu senang menulis?
    Aku terdiam beberapa saat.

    Karena aku ingin orang-orang yang kucintai tetap hidup.

  2. Game of Thrones #2

    Friday, June 26, 2015

    VALAR MORGHULIS! You know what that means? Yeah, ALL MEN MUST DIE! Moto itu jadi super terkenal menjelang kemunculan season 5 dari series super duper terkenal ini, gais. Yup, apa lagi kalau bukan Game of Thrones? Setelah "sedikit" memuaskan para penonton dengan kematian Joffrey di season 4, tayangnya season 5 tentunya jadi sesuatu yang paling ditunggu-tunggu. Kalian udah pada nonton? Episode terakhir dari season 5 ini tayang hari Senin tanggal 15 Juni 2015 kemaren, gais. Buat yang udah nonton, yuk kita review bareng-bareng season yang paling membuat patah hati ini.

    Oke, sebelumnya saya sudah pernah mereview tentang series kolosal yang mendunia ini (http://perfumemories.blogspot.com/2014/06/game-of-thrones.html), di review sebelumnya, saya sudah membahas alur cerita dari season 1 sampai 3 dan sedikit spoiler season 4. Ada juga review tentang para tokohnya. Oke, anggap saja postingan saya yang "itu" sebagai perkenalan. Sekarang, mari kita fokus ngebahas alur cerita di season 5.

    Banyak hal yang terjadi di season 5 ini. Sebelum masuk ke kejadian apa aja, mari kita cek dulu tokoh-tokoh penting yang masih hidup.
    Tokoh-tokoh yang tidak mendapat tanda merah adalah tokoh-tokoh yang masih hidup sampai akhir season 5. Well, you see that? YEAH! JON SNOW IS DEAD! Oke, meskipun saya sedang dalam keaadaan berkabung, tapi mari kita lewati dulu cerita tentang bagaimana si ganteng ini tewas, gais :'(

    KEJADIAN PENTING DI SEASON 5:
    1. Tommen Lannister akhirnya menjadi raja dan resmi memperistri Margaery Tyrel. Kehidupan mereka setelah menikah? Jangan ditanya. Margaery nggak akur sama Cersei. Well, yeah, the queen doesn't wanna lose her crown may be.
    2. Tidak lama setelah pernikahan Tommen dan Margaery, Cersei mulai melancarkan akal bulus untuk menyingkirkan menantunya itu. Akhirnya, Margaery dan Loras ditangkap sama High Sparrow karena sudah melakukan dosa. Loras, yeah, kalian tahu sendiri kan kalau doi itu (ahem) gay. Sementara Margaery berbohong untuk melindungi abangnya, jadilah dia kena dosa juga. Tapi proses hukuman mereka tidak diperlihatkan lebih lanjut, gais. jadi, gimana nasib mereka, saya juga kurang tahu. Huhuhuhu, so sorry for Loras, though.
    3.  Nah, saat lagi sok-sokan "mengunjungi" Margaery, taunya si Cersei juga ditangkap, gais. For what sin? Oh, you know what she did with her brother, don't you?
    4. Kita beralih ke luar Westeros. Arya mengunjungi Jaqen H'ghar (faceless god). Yup, doi adalah sosok pria yang bisa berubah-ubah wajah itu *bukaaan, doi bukan Raden Kian Santang* Arya memanfaatkan koin yang diberikan faceless man pasca kabur dari The Hound. Sampailah dia di house of black and white dan ketemu sama Jaqen ini. Dia berguru sama doi biar bisa menyamar di berbagai situasi.
    5. Well, Arya did something wrong though. She took revenge. Untuk kesalahan itu, akhirnya Jaqen membuat Arya buta.
    6. Kita beralih lagi. Di awal season Daenerys dihadapkan dengan kebimbangan antara membela kaum budak atau kaum majikan yang notabene masih termasuk rakyatnya. Dia galau, mau tetap mengadakan pertarungan antara kaum budak dan majikan atau tidak. Sampai keadaan jadi benar-benar kacau. Untungnya, di saat super kacau, Drogon muncul. Yeah, Drogon is back, baby! Untuk pertama kalinya, akhirnya Daenerys terbang naik naga! Congratulation, mother of dragon! You finally drive one of your kid?
    7. Nah, di akhir season 4, Tyrion dikirim keluar Westeros oleh Varys. Di awal season ini, Varys menyarankan Tyrion untuk menemui the right heir of the Iron Throne. Awalnya Tyrion males-malesan gitu, tapi akhirnya Tyrion berhasil ketemu sama Daenerys. Dia benar-benar takjub pas lihat si Drogon. Setelah perbincangan yang cukup lama, dan dengan keahlian Tyrion dalam berdiplomasi, akhirnya Daenerys percaya dengan kata-katanya. Jadilah si Tyrion ini semacam penasehat Daenerys.
    8. Selanjutnya, Stannis Baratheon. Setelah peperangan antara the night's watch sama wildling, si Stannis ini kan menetap di castle black gegara si ganteng Jon Snow menemui doi untuk semacam kerja sama. Yah, selama Stannis menetap di castle black, banyak juga yang terjadi. Di antaranya adalah si Stannis menghukum mati pimpinan wildling jika menolak untuk mengaku kalah sama Stannis. Akhirnya pimpinan wildling ini dihukum mati dengan membakarnya hidup-hidup. Tapi, karena kebaikan hati Jon Snow yang super kece itu, akhirnya dia membunuh si pemimpin wildling dengan memanahnya.
    9. Stannis mengorbankan Shireene (anaknya sendiri bro!) gegara hasutan Lady Melisandre. Kasihan si putri kecil itu dibakar hidup-hidup :'( Setelah kematian Shireene, istri Stannis bunuh diri. Terus, waktu Stannis menyerang Winterfell, pasukannya keburu diserbu sama pasukan Lord Bolton dan kalah. Stannis die! Akhirnya! Siapa suruh ngorbanin Shireene yang baik hati dan tidak sombong itu.
    10. Nah, ngomong-ngomong soal Winterfell, Sansa is back! Yup! Little finger took her back to Winterfell. Doi dipaksa menikah sama Ramsay Bolton. Di sana Sansa ketemu lagi sama Theon Greyjoy. Akhirnya, setelah momen gagu yang cukup menyebalkan, akhirnya Theon mengaku kalau Bran dan Rickon belum mati, mereka berhasil kabur. At least ini memberikan sedikit harapan pada Sansa. Akhirnya, Theon melakukan hal yang benar. Mungkin karena dia merasa bersalah sudah mengkhianati Robb Stark dulu, jadi dia mau menebus kesalahannya dengan menolong Sansa. Waktu Sansa mau dibunuh sama cewek yang cinta berat sama Ramsay, dia ditolongin sama Theon. Terus mereka berdua lompat dari benteng. Nggak ketahuan nasibnya gimana. Harusnya sih paling nggak patah tulang kaki sama tangan sih.
    11. Oke, last but not least! Jon Snow! Salah satu hal paling penting adalah Jon Snow WAS a Lord Commander! Bisa dilihat dari kemampuannya memimpin pasukan night's watch, banyak yang memilih Jon Snow sebagai Lord Commander yang baru, termasuk Maester Aemon. Well, tentunya nggak semua setuju kalau Jon Snow jadi Lord Commander karena usianya yang masih muda. Tapi apa mau dikata, it's like he was born to be a leader.
    12. Semasa kepemimpinannya, Jon Snow membuat satu keputusan yang, well, membuatnya dibenci hampir seluruh castle black, termasuk Olly. Olly ini adalah anak kecil yang selamat dari serangan wildling. Dia dilatih cara bertarung dengan sepenuh hati sama Jon Snow. Udah kayak adek sendiri deh pokoknya. Pas tahu Jon Snow mengambil keputusan besar ini, Olly merasa kecewa.
    13. Jon snow dan pasukannya bertempur melawan ribuan white walker yang mukanya ngeri itu macam zombie albino.
    14. Jon Snow is dead! Ini adalah scene terakhir dari season 5. Menyedihkan? Nggak usah ditanya betapa sedihnya saya saat melihat Jon Snow ditikam berkali-kali sama anak buahnya sendiri. 

    OKE, jadi ada 14 kejadian (yang menurut saya) penting yang terjadi di season 5. Sekarang, mari kita bahas beberapa peristiwanya.
    Kejadian yang menimpa Cersei ini sebenarnya bisa dibilang senjata makan tuan. Dia berniat menjauhkan Margaery dari putranya, tapi malah kebusukannya ketahuan. Pasalnya, sepupu Lancel Lannister sudah menjadi anak buah High Sparrow. Dari sepupu Lancel ini kebusukan Cersei ketahuan. Tapi bahkan sampai akhir season, Cersei nggak mengaku kalo sudah berhubungan sama Jaime. Doi malah mengakui dosanya yang lain, yaitu melakukan zina dengan Lancel. Untuk pengakuannya itu akhirnya High Sparrow menghukum Cersei untuk berjalan telanjang sampai istana, itu sebagai penebusan dosa gitu deh.
    Jaime nggak terlalu banyak peran di season ini. Dia cuma ditugaskan untuk menjemput Myrcella. Pasca tewasnya prince Oberyn, Cersei khawatir kaum Doran bakal menuntut balas dan ngapa-ngapain Myrcella. Well, sebenarnya Myrcella cukup aman di sana. Pasalnya, cuma istri Oberyn yang menyimpan dendam ke Lannister. Sepulangnya mereka dari penjemputan itu, Myrcella mengaku kalau dia tahu bahwa Jaime adalah ayahnya dan doi seneng karena Jaime adalah ayahnya. Tapi yah, sepertinya obrolan itu jadi saat terakhir mereka karena Myrcella tewas diracun.
    Sansa kembali ke Winterfell bersama little finger. Kalau dipikir-pikir, Sansa nggak bisa disalahkan karena sudah percaya sama little finger yang terkenal sebagai expert spy setelah Varys. Jangan harap bisa percaya sama kata-kata little finger, semuanya dusta. Tapi, kalau saya ada di posisi Sansa, mungkin saya akan melakukan hal yang sama. Little finger adalah orang yang sudah menolong Sansa keluar dari Westeros dan membelanya saat bibinya sendiri berniat membunuhnya. Jadi, kalau dlihat dari sudut pandang Sansa, memang cuma little finger yang bisa dipercaya. Itu sebabnya waktu doi disuruh menikah sama Ramsay Bolton, doi setuju-setuju aja. Yup, doi juga kena hasutan little finger. Dia bilang Sansa adalah the right heir of Winterfell. Jadi, nggak ada cara lain yang lebih ampuh untuk merebut kembali Winterfell, yang saat itu masih dikuasai Lord Bolton, selain menikah dengan Ramsay Bolton. Well, pernikahan itu tidak berjalan lancar. Sansa tersiksa, yes. Tapi untungnya ada Theon Greyjoy. I know, I know, he was a traitor. Tapi dia satu-satunya orang terdekat yang Sansa kenal baik dan Theon juga dalam kondisi merasa bersalah, jadi dia ngebantuin Sansa deh.

    Di season 5 ini, saya rasa Arya yang paling nggak jelas perannya dalam perebutan Iron Throne. Dia sibuk sama urusannya sendiri untuk membalas dendam. Setelah meninggalkan The Hound dalam keadaan luka parah, Arya akhirnya nebeng kapal yang menuju Bravoos. Nah dia memanfaatkan koin yang diberikan Jaqen H'ghar. Orang yang ditebengin itu ngebawa Arya ke house of black and white.
    Di rumah inilah Jaqen H'ghar si faceless man tinggal. Arya menemui Jaqen untuk berguru. Jadi selama tinggal di house of black and white ini Arya dilatih untuk menjadi "no one". Di tengah-tengah masa pelatihannya, Arya memanfaatkan kemampuannya berubah rupa untuk membalas dendam dan membunuh orang yang ada dalam daftar pembunuh keluarganya. Untuk kesalahan ini, Jaqen menghukum Arya dengan membuatnya buta.
    Sebagai karakter kedua yang paling saya favoritkan setelah Jon Snow, saya selalu look forward what will happen to him. Nah, di season ini akhirnya Tyrion bertemu dengan Daenerys Targaryen. Awalnya Tyrion nggak percaya masih ada pewaris the Iron Throne yang layak. Tapiiiiiiii, setelah dia melihat dengan mata kepala sendiri si Daenerys ini menenangkan Drogon, dia langsung yakin kalau Daenerys itu memang pewaris the Iron Throne yang sesungguhnya.

    Saya merasa aura kepemimpinan Daenerys sedikit berkurang di season ini. Mungkin karena dari awal season si Dany ini galau tentang keberpihakannya terhadap kaum budak dan kaum majikan. Well, dia butuh dua-duanya. Jadilah dia galau masalah gimana untuk menyatukan dua kubu itu. Sampai akhirnya keadaan jadi luar biasa kacau. Di tengah-tengah kekacauan itu, si Drogon kembali.
    Salah satu adegan yang membuat saya luar biasa merinding adalah saat Daenerys akhirnya menunggangi Drogon yang waktu itu diserang. Akhirnya! Setelah 5 season cuma elus-elus, akhirnya dia bisa juga menunggangi salah satu anaknya. Congratulation!
    Dari pertama kali karakter Lady Melisandre muncul kok rasanya saya sudah benci ya. Selain doi ini seorang penghasut sesat, doi juga selalu "ngebisikin" kalau Stannis adalah raja sejati berdasarkan ramalan api or whatever that is. Season kali ini, doi bener-bener bikin saya naik pitam *ceilah, kagak naik elang aje bro?* Lady Melisandre berhasil menghasut Stannis untuk melakukan semacam sacrifice gitu deh demi keberhasilannya merebut tahta. Nah, seseorang yang dijadikin sesembahan ini tidak lain dan tidak bukan adalah Shireene, anaknya Stannis sendiri. Plis dong ah! Shireene itu anak paling manis sedunia. Udah baik, nurut, pinter pulak, masak si Stannis sebegitu butanya sampai mau mengorbankan putrinya sendiri! Tapi ya, apa mau dikata, hasutan dewa api sudah memenuhi kepala Stannis, jadilah Shireene yang malang itu dibakar hidup-hidup :( Sudahlah mengorbankan anaknya, istrinya bunuh diri, perangnya kalah, dibunuh pula sama Brienne. That's what happen to a bad person, dude!
    Taaapiiiiiiiiiii, Lady Melisandre ini yang digadang-gadang bakal ngehidupin Jon Snow lagi. Yup, beberapa penggemar seri ini mulai berasumsi tentang kebangkitan Jon Snow karena kemunculan Lady Melisandre di castle black. Gosipnya, si Melisandre bakal butuh darah Rickon untuk menghidupkan Jon Snow lagi. Yah, yang mana pun plotnya, selama Jon Snow back to the game mah saya ikut aje dah.

    Oke, serumit apa pun usaha saya untuk menghindari topik ini, tapi akhirnya kita akan membahasnya juga, benar? Ibarat kata tupai...oke, kita nggak usah ngebahas tupai. JOOON SNOOOOOOWWWW. Seperti yang sudah saya katakan berulang-ulang sejak tadi, Jon Snow tewas di season ini, gais :'( Sedih tak terperi rasanya.
    Jadi, mari kita mulai dengan pengangkatan Jon Snow sebagai Lord Commander of the night's watch yang baru, gais! Yeay! Pada dasarnya, Jon Snow adalah seorang pemimpin yang baik, tapi memang ada satu keputusan yang dia ambil yang nggak disetujui sama anak buahnya. Dari season pertama seri ini, tagline house of stark, yaitu "winter is coming" memang sudah sering digembar-gemborkan. This time, winter really is coming, gais. Dan Jon Snow tahu apa yang akan datang bersamanya: WHITE WALKER! White walker ini semacam zombie gais. Tapi lebih ngeri lagi. Makhluk ini nggak bisa mati kecuali dibunuh pake dragonglass. Nah, untuk menghadapi musim dingin yang akan segera datang dan untuk menghadapi serangan white walker ini, Jon Snow memutuskan untuk bekerja sama dengan wildling. Karena, saat serangan white walker itu terjadi, mereka akan membutuhkan semua orang yang ada untuk membantu. Tpiiii, sejarah hubungan wildling sama night's watch ini kan memang nggak baik. OKI, Jon Snow ini dianggap pengkhianat karena mau bekerja sama dengan wildling. Meskipun memdapat tentangan, Jon Snow dan beberapa anak buah yang memihaknya tetap pergi ke tempat persembunyian wildling yang masih hidup di north of the wall. Saat usaha kerja sama itu, terjadilah serangan white walker, gais. Nah, suasananya jadi luar biasa kacau dan dragonglass yang dibawa Jon Snow tertimbun puing-puing. Di saat yang teramat sangat kritis *saya udah khawatir Jon Snow bakal mati di sini* ternyata pedang milik Jon Snow mampu menghancurkan white walker karena terbuat dari valirian steel. Akhirnya salah satu pemimpin white walker ini berhasil dihancurkan.
    Nah, makhluk itu tuh yang berhasil dibasmi sama Jon Snow. Tapi gais, matinya salah satu pimpinan white walker tidak membuat para zombi ini lemah, juustruuu mereka jadi semakin kuat. Karena pimpinannya yang lain, entah pake kekuatan apa *mungkin kekuatan bulan* menghidupkan kembali para korban dan mengubah mereka jadi white walker juga. Ngeri kan? Jadi sekarang white walker-nya tambah banyak.
    Pasca kejadian ini, Jon Snow merasa gagal gais. Di saat beliau ini terpuruk, tetiba si Olly masuk dan bilang kalau ada salah satu wildling yang ketemu sama pamannya Jon Snow yang sudah lama hilang. Dalam kondisi gundul gulana dan bingung, apa lagi yang bilang ini si Olly, jadilah si Jon Snow nurut. Ternyaaaataaaa, sampe lokasi, dia hanya menemukan sebuah palang kayu bertuliskan "TRAITOR". Di sinilah Jon Snow dibunuh oleh anak buahnya sendiri gais. Dia ditusuk berkali-kali. Yang nusuk Jon Snow terakhir kali adalah Olly sendiri :'(
    SSSEEEEEEEEDIIIIIIIIIIIH. It's the hardest season finale ever! Well, jadi makin penasaran sama kelanjutannya tapi sekaligus ngerasa sedikit males kalo nggak ada Jon Snow-nya. Tapi, dengan berbagai macam rumor yang berkembang di dunia maya tentang dugaan-dugaan plot yang akan diusung sang sutradara di season berikutnya, saya cukup yakin Jon Snow nggak bener-bener mati. Well, Branden pun nggak muncul sama sekali di season ini. Saya setengah berharap Branden akan muncul di season 6 dan menolong abangnya ini, entah bagaimana pun caranya. 

    Okedeh, itu dia sedikit curhat saya tentang season 5 yang sudah berhasil membuat perasaan saya campur aduk, as always. Akhir kata, saya ingin menarik kembali kata-kata saya di postingan sebelumnya tentang lima karakter utama yang saya yakin bakal ada terus di setiap seasonnya. Well, sang sutradara jelas memegang kendali sepenuhnya nasib para karakter di seri ini. So, I know nothing about what story to come. I will be patiently wait the next season next year :)



    DADAH DULU OM GANTENG JON SNOW :(


  3. MAX SCHNEIDER

    Friday, May 29, 2015

    Maaaalaaaaaaaaaam!!!
    Malam Sabtu nih gais! Udah pada baca surat Al-Kahfi belooom? Yang belom, monggo ngaji dulu. Yang sudah, mari merapat. Malam ini saya mau ngereview tentang seorang youtubers yang saya kagumi akhir-akhir ini.

    WORLD, MEET MAX SCHNEIDER!

    Ahahahaha, iya, bocah itu tuh yang suaranya saya dengerin tiap hari. Ya bocah itu yang suaranya bikin saya melting tiap dengerin lagu-lagunya. Ya bocah itu yang bikin saya mesem-mesem sendiri tiap dengerin lagu-lagu romantis yang dinyanyiin. Tapiiiiiiiii, bocah itu udah bukan bocah lagi gais, hahahaha. Seperti anak-anak pada umumnya, dia juga pasti akan tumbuh berkembang bukan?
    Eeeeaaaaaaaa, gimana? Udah kelihatan belum gantengnya? hahaha. Max Schneider terlahir dengan nama Maxwell George Schneider pada tanggal 21 Juni 1992. Meskipun sering berkolaborasi dengan Kurt Hugo Schneider, ternyata mereka nggak ada hubungan keluarga sama sekali, gais. Kebetulan aja nama keluarganya sama. But, well, their collaboration is no need to be questioned. They're great artists!

    Hmmm, rasanya kurang etis yah kalo saya mengagumi seorang youtubers yang kerjaannya nge-cover lagu-lagu orang cuma karena gantengnya. Oke, jadi apa dong yang bikin saya ngefans banget sama si MAX ini? Yailah, gitu aja ditanya. Ya jelaslah bibirnya yang seksi itu *oke, salah fokus* Tolong salahkan cameraman-nya yang keseringan nge-shoot bibirnya yang seksi....*oke, masih salah fokus* Jadi, apa tadi pertanyaannya? Oh, apa yang saya suka dari MAX? Ya jelaslah suaranya. Memangnya apa lagi yang bisa dikagumi dari penyanyi selain suaranya? Itu sih kebetulan aja bibir dia seksi *yailah masih aja*

    Oke, mari kita hentikan pembicaraan tentang bibir seksi ini. Niat saya kan ngereview, iya kan? hahaha. Mari kita mulai review-nya dengan lagu pertama yang membuat saya tergila-gila sama MAX ini.
    Nah, itu adalah lagu pertama yang membuat saya langsung bengong dengerin suara si MAX. Dia bisa nyanyiin lagu itu dengan, apa yah istilahnya, penjiwaan? Nggak juga sih. Orang dia nyanyinya sambil mesem-mesem gitu. Tapi justru itu yang membuat dia tampak lebih alami dan sweet. Suaranya, duh, nggak usah ditanya lagi deh. Dia bisa suara lembut-lembut syahdu yang bikin meleleh gitu, bisa suara tinggi yang "cowok banget". Duh, pas deh pokoknya. Dari situ, langsung deh saya mulai searching lagu-lagu yang dia cover.

    Lagu kedua yang saya temukan adalah....jeng jeng jeng
    Di lagu inilah saya baru menyadari betapa seksinya bibir Max Scnheider, hahahaha. Hush! Jangan ngomongin itu lagi ah, takutnya ada anak-anak. Oke, mari kita buat kode untuk membicarakan itu. Kalo saya bilang lolipop itu artinya bibir seksi yah, hahaha. Saya belum pernah denger lagu Try yang versi aslinya. Tapi begitu denger versi MAX ini, saya langsung luluh. Terutama pas denger bait terakhir lagunya, "Don't you like you? Cause I like you." Mana si MAX ini nyanyinya pake suara lembut-lembut syahdu, bikin makin melting deh.

    Teruuus, saya melanjutkan pencarian. Nemu deh original songnya yang berjudul Darling. Ini dia!
    Di video klip lagu ini, kalian akan melihat sesosok wanita yang sibuk menari balet sementara MAX mengejarnya. Tahukah kalian? Sang balerina adalah pacar MAX di dunia nyata, gais! Namanya Laura Quinn. Beliau ini adalah instruktur tari balet di dunianya, eh, di kotanya sana. Mau tahu cerita tentang mereka? Biar saya ceritakan sedikit ya. Jadi MAX dan Laura ini ketemu di sebuah gay club, gais. Iya, gay club, kalian nggak salah baca. Bukaaan, MAX bukannya gay kok. Waktu itu, dia belum seterkenal sekarang. Nah dia masih sering tampil dari satu club ke club lain. Suatu hari, dia lagi nampil di club ini. Terus dia ketemu Laura dan teman-temannya. Nah, kayak magnet kutub utara ketemu kutub selatan, mereka langsung cocok gitu aja. Tapi, saat itu si MAX masih ada pacarnya gais *Ini kok jadi ngegosip sih? Nggak apa-apa deh, nanggung* Jadi singkat kata singkat cerita, MAX dan Laura ini sempat mengalami FRIENDZONE sebelum akhirnya MAX memutuskan untuk "Ah sebodo teuing lah. Orang gue suka, masa harus memendam rasa ini cuma gegara udah nyaman sebagai sahabat." Akhirnya, dengan penuh perjuangan, si Laura luluh juga gais. Dan mereka pacaran deh sampai sekarang! Yeay! Si MAX ini super so sweet deh kalo udah berurusan sama Laura. Nggak percaya? Nih!
    Cowok mana yang ngajak kencan ke toko buku!!! Haha! Ya, berhubung saya suka buku sih, jadi saya ngerasa itu so sweet gais. Hmm, itu cuma salah satu contoh sih. Takutnya, kalau saya posting foto mereka berdua terlalu banyak, kalian pada patah hati lagi, hahahaha.

    Oke, lanjut ah. Lagu berikutnya ya gais. Saya nemu lagu Demons versi cover MAX sama Sam Tsui. Beuh, itu lagunya jadi bikin merinding gais. Lagu yang awalnya rada nge-beat, jadi super so sweet, hahaha. Thanks to Kurt Hugo Schneider for that! Ya selain itu, menurut saya penampilan MAX paling ganteng ya di video klip ini. Hmm, sorry Sam, didn't mean to insult you :D
    Nah, sekarang-sekarang ini, si MAX lagi getol banget promo original song terbarunya nih, judulnya Gibberish.
    Doi masuk 50 besar youtubers yang masuk nominasi YTMA 2015 gais. Dan dia termasuk salah satu youtubers dengan subscribers terbanyak dan dibuatkan original video klip untuk lagu Gibberish ini, bersama 8 (kalo nggak salah) youtubers lain, termasuk Ed Sheeran dan Lindsey Stirling. Emang keren sih lagunya. Saya suka banget sama beat nya, liriknya (meskipun nggak jelas, kan "Gibberish" haha).
    Meskipun lagi sibuk promo lagu Gibberish, bukan berarti dia berhenti nge-cover lagu-lagu yang lagi up to date yah. Coveran terbarunya adalah lagu Earned It. Awalnya saya nggak terlalu ngeh dia nyanyi apa, hahaha. Tapi setelah didengarkan lagi, gais... WOW! ternyata itu lagu super so sweet lagi, hahahaha. Dari cara MAX nyanyiin lagu itu yang terdengar sangat tulus sekaligus insecure. Duh, bener deh, nggak bisa berhenti dengerin lagu ini. Kece badai cetar membahana pokoknya, hahaha. Kalian HARUS dengerin juga yah. *maksa banget*

    Hmmm, udah sih itu aja kayaknya. Sebenernya masih banyak yang pengen saya omongin tentang MAX. Tapi kalau kepanjangan nanti malah makin nggak jelas omongannya, hahaha. Lama-lama bisa ngebahas lolipop lagi, kan bahaya. Okedeh gais. Buat kalian yang suka nontonin youtube, bisa kali mampir ke homepage Max Schneider buat up date lagu-lagu terbarunya yang keceh keceh, hahaha.

    Bye!

    MAKASIH DEK, UDAH NGOMONGIN ABANG :D




  4. sooooreeeeeeeee!!!
    Di sore hari yang adem-adem syahdu ini (bukan, ini bukan gegara nggak ada yang ngajak kencan kok, emang syahdu) saya mau promosiiiiiii. Hahaha, mungkin kalo ada yang udah kepoin blog saya yang sederhana ini (pede betulll) udah rada bosen yah baca tentang Vazard. Yup! Buku itu akhirnya release, gais!!

    Oke, sudah cukup pembukaannya. Sekarang, mari kita tampilnya, eh, tampilkan universe yang menjadi setting peristiwa bersejarah dalam dalam buku tersebut berlangsung yah. Jeng! Jeng! Jeng!
    Kalian lihat gambar peta yang kece badai cetar membahana itu? Nggak, saya nggak ngegambar sendiri. Itu hasil karya teman kuliah saya yang keahlian menggambarnya udah tingkat mbahnya dewa kali, hahahaha. Dia bisa banget menginterpretasikan bayangan saya ke dalam gambar nyata (nanti akan saya posting hasil gambar creature yang ada di Vazard). Untuk itu, saya mau berterima kasih yang sebesar besar besar besar besarnya kepada Hernadi Adha yang sudah meluangkan waktunya untuk merealisasikan khayalan konyol saya ke dalam bentuk gambar luar biasa ini! Yeay!

    Nah, selanjutnya, saya mau pamer covernya nih gais! taaaaraaaaaaaaaaa!

    Nah, udah lihat kan?? Hahahaha, keren nggak? Itu adalah cover pertama yang saya buat untuk seri Vazard ini, gais. Cover selanjutnya ya ngikutin edisi pertama ini. Saya pilih tema warna hitam karena warna itu terkesan misterius, hahaha. Terus, gambar kalung yang ada di cover itu merepresentasikan kalung Batu Burdeoux milik Julia, si tokoh utama. Berhubung batu itu warna biruuuu, jadi ya pendarnya biru juga dong biar sesuai. Begituh deh filosofinyah.


    Itu sedikit cuplikan dari cetakannya yang sudah jadi. Keren yah, kayak buku betulan, hahaha. Saya deg-degan betul pas lihatnya. Duh, berasa penulis betulan lihat hasil karya saya dalam bentuk buku novel kayak yang di toko buku. 

    Kalo menurut teman-teman saya yang udah baca dang ngereview buku ini sih, katanya ceritanya keren. Mereka udah pada baca sampai buku tiga sih, hahaha. Tapi bukan berarti buku satunya boring doong. So, tunggu apa lagi, gais?