Memangnya kenapa kalau sesekali aku mengingatnya? Aku rasa itu wajar selama apa yang aku ingat memang tepat sama dengan apa yang terjadi. Iya kan?
Memang apa yang salah dengan sedikit tambahan pada kenanganmu? Hanya agar kenanganmu terasa sangat keren?
Terkadang aku membayangkan dia datang dan membawakan bunga untukku, meskipun sebenarnya membawakan sejumput rumput liar pun tidak pernah. Kadang aku membayangkan dia menyanyikan sebuah lagu romantis di depan jendela kamarku, padahal bersenandung di dekatku pun tidak pernah.
Sedang apa dia di sana? Aku sering membayangkan dia sedang memikirkanku juga, melamun di meja belajarnya sambil menatap foto kami berdua. Memang apa salahnya membayangkan seperti itu?
Kalian tah? Yang sebenarnya terjadi jauh lebih rumit dari apa yang aku bayangkan. Itu sebabnya aku sangat malas untuk membayangkan kejadian yang sebenarnya.
Nggak jajan? Untuk yang satu itu, dia benar-benar menanyakannya.
Dia selalu menghampiriku saat jam istirahat. Dia duduk di sebelahku. Memainkan penggaris kayu panjang, membayangkannya sebagai sebuah samurai ninja yang sangat berbahaya. Aku suka saat dia seperti itu, aneh. Aku suka saat dia berdiri di belakangku. Badannya yang tinggi membuatku merasa sangat dilindungi.
Nggak. Aku hanya menjawab singkat sambil terus memainkan game adventure yang ada di ponselku.
Beberapa menit berlalu dengan sangat sepi, tapi dia selalu saja berhasil menemukan topik pembicaraan yang menarik perhatianku. Kalian tahu? Caranya bercerita membuatku merasa sangat nyaman. Dia selalu duduk menghadapku, membuatku merasa jadi satu-satunya pusat perhatian di sana.
Aku rasa perasaan itu akan tumbuh sempurna jika keadaannya memang sesederhana itu. Kami dekat, aku suka padanya, dia suka padaku, beres! Tapi tidak. Keadaannya tidak pernah semudah itu kan? Kami dekat, iya. Aku suka paanya, iya. Dia suka padaku, aku rasa iya meskipun hanya sedikit. Beres? Tidak! Karena dia punya pacar waktu itu. Ya, itu yang membuatku merasa berada pada posisi yang super sulit. Anehnya aku merasa dia jauh lebih sering mengobrol denganku daripada pacarnya, meskipu setiap pulang sekolah mereka memang selalu bersama.
Aku menatap jendela kamar, awan mendung yang tadi membuat kamarku terasa sangat gelap sekarang mulai pudar. Mulai kehilangan uap air karena sudah hujan di suatu tempat. Di sini, hanya angin yang terus menerus bertiup. Menggoyangkan pepohonan besar yang ada tepat di depan kamarku. Aku membayangkannya lagi. Masa-masa itu. Ya, masa di mana aku merasa telah menemukan seorang sahabat, kakak, dan orang iseng. Ya, dia orangnya. Dia tidak hanya selalu bercerita padaku, tapi dia juga mau mendengarkan ceritaku.
Kamu nggak dingin? Pertanyaan yang membuatku merona tentu saja. Saat itu kami memang sedang dalam perjalanan ke pegunungan, refreshing sebelum ujian. Yah, saat itu hujan lebat dan dia menanyakan keadaanku. Kalian tahu? Keadaannya saat itu lebih parah! Dia kedinginan, basah kuyup sampai menggigil dan dia malah menanyakan keadaanku?
Tapi sesuatu yang menyebalkan terjadi saat perjalan pulang. Kami bertemu dengan pacarnya. Dia marah besar! Aku tidak tahu persis kenapa, tapi dia merasa sangat marah karena beberapa hari sebelumya mereka bertengkar hebat. Kalian tahu apa yang aku pikirkan saat itu? Aku hanya ingin membuatnya tersenyum. Aku hanya ingin dia melupakan masalahnya.
Sekarang mulai turun hujan. Ternyata tidak cukup hanya dengan menurunkan muatan di tempat lain. Awalnya hanya gerimis, tapi kemudian bertambah deras. Tetesan-tetesan air terlihat sangat rapat. Menerpa dedaunan sampai bergoyang-goyang tidak mau behenti. Aku membayangkannya lagi.
Kebersamaan kami tidak berakhir sampai di sini. Tidak. Bahkan di saat hari kelulusan, kami tidak benar-benar berpisah. Dia masih terus bercerita tentang apa yang dia rasakan, tentang kekecewaannya. Aku merindukannya. Ya, aku rindu caranya menceritakan segalah hal. Aku rindu caranya menjelaskan segala hal yang tidak aku mengerti. Aku rindu saat dia tersenyum. Aku rindu saat dia menatapku dengan tatapan semua akan baik-baik saja. Apa sekarang dia baik-baik saja?
-
memories
Friday, October 12, 2012
Diposkan oleh Istiana Fadilah di Friday, October 12, 2012 | Label: Sad story | Email This BlogThis! Share to X Share to Facebook |
0 komentar:
Post a Comment