berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk menyadari kabar buruk yang baru saja kau dengar? aku hanya butuh waktu lima menit. lima menit dan otakku siap memproses setiap kata yang aku dengar. membentak saraf-saraf sedihku untuk mulai bekerja dan meneteskan air mata. lima menit dan aku menyadari kabar buruk yang baru saja aku dengar. tubuhku kaku, tapi air mataku menetes dengan lancar.
***
aku hanya duduk diam. apa yang aku pikirkan? aku tidak tahu. ada banyak sekali hal sepele yang aku pikirkan. misalnya saat aku melihat wanita itu mendorong pintu kafe yang terbuat dari kaca sepenuhnya, otakku mulai berputar, mempertanyakan banyak hal. apa yang wanita itu pikirkan? apa yang dia lakukan pagi ini sebelum memutuskan untuk membeli secangkir kopi di kafe ini? kenapa dia memakai baju warna merah hari ini? itu warna kesukaannya atau dia hanya memilih warna itu secara acak?
masih banyak lagi hal-hal yang ingin aku tanyakan. hanya penasaran. aku bahkan tidak benar-benar menginginkan jawabannya. seperti, kenapa aku harus pergi ke sekolah? kenapa aku harus melalui kelas lima SD sebelum akhirnya aku kuliah? kenapa aku harus menjadi anak tunggal? kenapa Tuhan memutuskan untuk memanggil ayahku kemarin? kenapa ibu tidak terlihat sedih sama sekali?
aku selalu mempertanyakan semua itu, tapi aku sama sekali tidak ingin mendengar jawabannya.
***
kenapa hanya aku yang merasa sedih di rumah ini? apa tidak ada yang mencintai ayah selain aku?
"karena harus ada orang yang tetap waras di rumah ini," itu jawaban ibu jika aku bertanya kenapa dia tidak bersedih. itu jawaban yang diberikan seorang ibu pada bocah kelas 5 SD? apa aku sudah cukup dewasa untuk mendengar jawaban semacam itu? atau itu adalah jawaban umum yang diberikan seorang ibu?
***
belakangan aku tahu ternyata ibu adalah satu-satunya orang yang paling sedih saat ayah meninggal. bahkan hatinya jauh lebih hancur daripada aku. dia memberiku jawaban itu untuk menutupi kesedihannya. dia tidak ingin tertangkap basah sedang menangis di hadapanku. tapi nyatanya, aku sering mendengarnya menangis semalaman di kamarnya.
***
ada satu rahasia besar yang aku simpan sendiri. tidak ada seorang pun yang tahu. bahkan ibu tidak tahu. aku masih menyimpan pesan itu di ponselku. pesan terakhir ayah sebelum berita buruk itu sampai padaku.
sesuatu yang membuatku selalu mimpi buruk akhir-akhir ini. seandainya saja aku bisa lebih dewasa dan tidak egois. seandainya saja aku tidak terlalu manja. seandainya saja aku tidak telalu peduli dengan yang namanya hari ulang tahun. mungkin ayah masih bersamaku saat ini.
***
ayah lupa ulang tahunku?
maaf, sayang. ayah sedang ada rapat penting. ayah rasa tidak bisa sampai tepat waktu.
ayah jahat.
besok ayah pasti pulang.
aku masu sekarang!
ayah tidak bisa.
sekarang.
satu jam berlalu dan ayah tidak membalas pesanku lagi. detik berikutnya ibu sudah memelukku. dia bilang ayah berusaha untuk pulang tepat waktu. tapi konsentrasinya terpecah karena rapat penting yang seharusnya dia hadiri. aku yang memaksanya pulang. nyatanya dia tidak pernah muncul dihadapanku lagi. tidak akan pernah.
0 komentar:
Post a Comment